Rabu, 25 Maret 2009

MAMAKU, IDOLAKU, SAYANGKU

Aku dan Mamaku sangat dekat hingga aku tidak pernah menutupi hal sekecil apapun dari Mamaku. Sejak kecil sampai aku sebesar ini, Mamaku selalu memikirkan hal sekecil apapun yang terjadi dan ada padaku. Tidak jarang teman seumuranku di dekat rumah menjulukiku, “Si Anak Mama”. Walaupun mungkin kebanyakan orang tidak suka, risih ataupun marah saat dikatakan demikian, aku justru merasa bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung karena sampai saat ini aku tetap mencium tangan dan pipi Mamaku ke manapun aku pergi, walaupun itu harus aku lakukan di hadapan orang lain.

Mungkin banyak temanku yang menilai bahwa aku belum ‘dewasa’ dengan aku bersikap demikian, padahal aku malah yakin bahwa dengan aku sangat menghargai Mamaku dan selalu berusaha membuat Mamaku tersenyum, maka itu adalah suatu sikap kedewasaan yang sangat besar. Bukan maksud memuji diri sendiri, tetapi alhamdulillah sampai saat ini aku jarang sekali membuat Mamaku marah apalagi menangis. Pasti ada kenakalan-kenakalan yang aku perbuat padanya, tapi itu hanya menunjukkan kalau aku juga manusia, pernah berbuat salah.

Yang jelas, apapun yang terjadi padaku dan Mamaku, kami akan selalu saling mendukung. I love you, Mom…. (Ahmad Hanafi, 4 Maret 2009)

THANKS GOD

Thanks God, akhirnya aku bisa sampai di sore ini. Hari ini ku mulai di pagi dengan bangun agak telat. Hehehe. Sarapan tadi pagi aku sampai di restorasi jam 8 kurang 10 menit, namun aku masih sampai sarapan. Memulai kembali pelatihan hari ini dengan pemandu yang menemani kami dari hari pertama.

Aku sendiri masih bingung dengan semua. Sungguh pelajaran yang sebelumnya tidak begitu didapatkan di kuliah, dengan diklat ini, aku sering bingung apakah aku nantinya dapat menjalankan tugas sebagai fasilitator dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Aku sebelumnya sangat jarang berorganisasi, jarang keluar rumah, tidak pernah ikut organisasi, perkumpulan dll.

Namun hari ini, aku sangat termotivasi dan sangat membuat aku untuk mempunyai harapan. Semuanya karena dukungan dan harapan dari pemandu. Terima kasih banyak atas semua harapan-harapan buat aku, semoga aku bisa semakin lebih semangat, fokus, disiplin, berani untuk presentasi di hadapan teman-teman. Aku tidak pernah ingin maju tampil di depan karena aku jarang seperti ini. Jadi bawaannya tidak PD.

Tapi memang dari SD sampai sekarang aku memang tidak terlalu mampu untuk menghafal, aku lebih semangat untuk berhitung. Sampai-sampai kuliah Kewarganegaraan di kampus, syukur aku bisa dapat nilai C, itu juga sebagian nyontek..... Namun saat ini aku mau berusahabelajar di diklat tentang PNPM. Aku pikir kalo aku berusaha, pasti aku bisa. Amin.

Tetap Semangat.......... (Lucy Nancy Florida T., 4 Maret 2009)

MENGAPAI CITA-CITA

Seandainya saya berhasil untuk mencapai cita-cita, maka saya akan dapat membanggakan diri saya pada orang tua, keluarga dan orang yang selama ini telah membantu saya untuk mencapai cita-cita tersebut.

Jika saya diberikan rezeki yang berlebih, saya juga mempunyai niat untuk membangun sebuah panti asuhan untuk anak-anak yang kurang mampu. Mungkin dengan inilah saya dapat mengurangi atau membantu anak-anak yang tidak mampu itu. Di samping itu saya juga dapat memberikan sebagian harta saya.

Untuk menggapai cita-cita itu, maka kunci utamanya adalah jujuran. Walaupun sedikit rezeki yang saya dapat, tetapi berkah dan hikmah dapat saya rasakan dan bagi saya tidak perlu mempunyai banyak harta jika ternyata harta tersebut tidak berkah.

Jika tiba saat kita mendapatkan rezeki, maka janganlah lupa untuk bersedekah karena sebagian darinya adalah jatah orang kurang mampu. Jika suatu saat nanti saya diberi rezki untuk jadi pejabat, saya akan berusaha untuk menasehati dan mengajak untuk berlaku jujur, terutama dalam materi. Akhirnya, harta itu pasti akan kita tinggalkan juga. (M. Rusdi Nasution, 4 Maret 2009).